Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama (Ahok) berwacana 'menebang' papan reklame atau billboard untuk digantikan dengan LED (large electronic display) di Ibu Kota. Menurut Ahok voltase listrik yang diperlukan untuk tayangan iklan LED lebih kecil ketimbang pemakaian AC, hingga lebih hemat.
" Kita mau malam hari gedung-gedung dapat semarak, LED kan listriknya kecil serta di Jakarta itu malam hari perkantoran penggunaan listriknya kecil loh sebenarnya. Kan ac pada mati, nah LED itu kecil paling (bayar listriknya seharga) 1-2 AC. Bila dia ingin pasang kan jadi ramai, " tutur Ahok di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (28/9/2015).
Walau demikian banyak yang memiliki gedung yang malas menempatkan LED lantaran mesti membayar per tayangannya sebesar 5 kali harga billboard pada biro iklan. Walau sebenarnya menurut Ahok, hadirnya billboard memiliki ukuran besar akan menutupi keindahan kota.
Nah, dengan LED nanti pemilik gedung tidak mesti membayar pajak iklan atas tayangan produk mereka sendiri. Tetapi bila mereka menayangkan produk komersil jadi mesti membayar pajak pada Pemprov DKI sebesar 30 persen.
" LED kan ada lock tayangnya seperti TV, (jadi dapat ketahuan) anda tampil berapa kali. Bila anda gunakan, kompensasinya apa? Harus buka pagar untuk buat (kafetaria di) trotoar. Anda ya tidak usah bayar (pajak) selama untuk merek gedungnya itu, " kata dia.
" Jadi bila anda terima iklan dari orang, untuk saja hasil 70 : 30, 30-nya untuk kami. Jadi kita tidak berdebat lagi nilai strategis reklame. Selama ini kan itu jadi permainan, " paparnya.
Ahok tak membatasi jam operasional tayangan iklan di layar LED yang terpasang di gedung-gedung. Ahok membayangkan dengan adanya tayangan beragam macam iklan di layar LED saat malam hari, kecantikan Ibu Kota dapat merasa seperti Kota Tokyo, Jepang atau New York, Amerika Serikat (AS).
" (Bila malam biar) Seperti Tokyo lah atau New York hehe, " tutup dia.
" Kita mau malam hari gedung-gedung dapat semarak, LED kan listriknya kecil serta di Jakarta itu malam hari perkantoran penggunaan listriknya kecil loh sebenarnya. Kan ac pada mati, nah LED itu kecil paling (bayar listriknya seharga) 1-2 AC. Bila dia ingin pasang kan jadi ramai, " tutur Ahok di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (28/9/2015).
Walau demikian banyak yang memiliki gedung yang malas menempatkan LED lantaran mesti membayar per tayangannya sebesar 5 kali harga billboard pada biro iklan. Walau sebenarnya menurut Ahok, hadirnya billboard memiliki ukuran besar akan menutupi keindahan kota.
Nah, dengan LED nanti pemilik gedung tidak mesti membayar pajak iklan atas tayangan produk mereka sendiri. Tetapi bila mereka menayangkan produk komersil jadi mesti membayar pajak pada Pemprov DKI sebesar 30 persen.
" LED kan ada lock tayangnya seperti TV, (jadi dapat ketahuan) anda tampil berapa kali. Bila anda gunakan, kompensasinya apa? Harus buka pagar untuk buat (kafetaria di) trotoar. Anda ya tidak usah bayar (pajak) selama untuk merek gedungnya itu, " kata dia.
" Jadi bila anda terima iklan dari orang, untuk saja hasil 70 : 30, 30-nya untuk kami. Jadi kita tidak berdebat lagi nilai strategis reklame. Selama ini kan itu jadi permainan, " paparnya.
Ahok tak membatasi jam operasional tayangan iklan di layar LED yang terpasang di gedung-gedung. Ahok membayangkan dengan adanya tayangan beragam macam iklan di layar LED saat malam hari, kecantikan Ibu Kota dapat merasa seperti Kota Tokyo, Jepang atau New York, Amerika Serikat (AS).
" (Bila malam biar) Seperti Tokyo lah atau New York hehe, " tutup dia.
0 comments:
Post a Comment