Bahayanya Pemberian Antibiotik Berlebihan


 Pengelolaan Antibiotik di Indonesia mesti dikerjakan sama ketatnya dengan Pengelolaan Narkotika serta Psikotropika hingga pemakaian antibiotika bisa dikerjakan dengan bijak serta rasional. Pemakaian antibiotik yang tidak rasional serta terlalu berlebih nyatanya selain beresiko pada tingginya biaya kesehatan, dapat juga menyebabkan permasalahan kesehatan yang serius.

Pemberian antibiotik yang tidak teratasi dengan baik, sudah mengakibatkan lahirnya bakteri “Super Bug” yang sangatlah susah untuk diatasi. “Bakteri super” yang berbentuk multi-resisten pada beragam type antibiotik ini sudah jadi ancaman serius dalam bagian kesehatan di seluruh dunia.

" Cuma kurun waktu seputar 75 tahun mulai sejak digunakannya antibiotik dengan cara masal, saat ini dunia dihadapkan pada saat depan yang sangat mencemaskan di mana kemungkinan tidak ada lagi antibiotik yang efisien untuk menangani sebagian jenis bakteri patogen yang multi-resisten, " kata Guru Besar bagian Pengetahuan Farmasi UI Prof. Dr. Maksum Radji M. Biomed., Apt, di Depok.

Ancaman pandemi bakteri yang resisten pada antibiotik saat ini sudah nyata serta berskala besar. Maksum menyampaikan, kecepatan bakteri jadi resisten pada antibiotik tambah lebih cepat dibanding dengan upaya penemuan serta pengembangan antibiotik baru.

Penemuan serta pengembangan antibiotik baru membutuhkan biaya yang sangatlah mahal hingga pernah disebut dalam 2-3 tahun paling akhir ini tidak ada antibiotik baru yang di ciptakan.

" Mulai sejak tahun 2000-an, angka kematian penderita penyakit infeksi yang dikarenakan oleh bakteri multi-resisten selalu bertambah dengan tajam, baik infeksi yang berlangsung dirumah sakit ataupun dikomunitas, " tuturnya.

Saat ini, sebagian laporan mengatakan bahwa pada tahun 2050 diprediksikan 10 juta orang per tahun meninggal lantaran infeksi bakteri yang resisten pada antibiotik di semua dunia.

Seperempat diantaranya berlangsung di negara-negara berkembang. Prevalensi kematian paling tinggi disebabkan infeksi bakteri multi-resisten terjadi di Asia sejumlah 4, 7 juta, diikuti Afrika dengan 4, 1 juta, sekitar 390 ribu di Eropa serta 317 ribu di Amerika.

" Penyumbang permasalahan resisistensi antibiotika yaitu peresepan Antibiotik tidak rasional, penjualan antibiotik tanpa ada resep dokter, pasien yang tidak menaati regimen pemakaian antibiotik, serta pemakaian obat pada ternak ayam serta ikan yang nanti dikonsumsi oleh manusia, " ungkap Maksum.

Maksum juga menuturkan peran sentral profesi farmasi sangatlah utama dalam mengatur pemakaian antibiotika yang bijak serta rasional.

Usaha pengendalian pemakaian antibiotika yang bisa dikerjakan apoteker yaitu dengan hentikan penjualan antibiotik tanpa ada resep, berikan info yang tepat serta jelas pada pasien pada penyerahan antibiotik, pendidikan pada orang-orang perihal antibiotik yang bijak dan dampaknya pada kesehatan pada umumnya.

" Koordinasi serta kerjasama antar profesi kesehatan pada unit pelayanan kesehatan serta rumah sakit sangatlah dibutuhkan guna tingkatkan kualitas hidup pasien, " tutupnya

Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment